Pada awalnya model inkuiri banyak
diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (natural science), kemudian para
ahli pendidikan ilmu sosial berusaha mengadopsinya sehingga muncullah model sosial atau inkuiri sosial.
Menurut Joyce and Weil (2000), inkuiri
sosial adalah model pembelajaran yang menekankan kepada pengalaman siswa untuk
memecahkan masalah sosial melalui langkah-langkah dan prosedur pemecahan
masalah. Menurut Bruce Joyce (2000), inkuiri sosial merupakan strategi
pembelajaran dari kelompok sosial subkelompok konsep masyarakat. Subkelompok
ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi
kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus diberi pengalaman
yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di
masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun
pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
Beyer (1971:6) menyatakan inkuiri dalam
pembelajaran IPS merupakan mencari pemahaman tentang suatu masalah dimana dalam
kegiatan tersebut memerlukan suatu peranan khusus dari kemampuan intelektual
untuk memahami dan membuat kesimpulan dari penyelidikan.
Dari pendapat-pendapat ahli mengenai
pengertian model inkuiri sosial dapat ditarik kesimpulan bahwa inkuiri sosial
pada hakekatnya merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengalaman
siswa untuk memecahkan suatu masalah sosial melalui langkah-langkah dan
prosedur pemecahan masalah yang didasarkan kepada fakta-fakta yang ada. Hal ini
berarti dengan inkuiri sosial siswa di tuntut untuk mencari dan menemukan
jawaban atau kesimpulan dari pertanyaan yang dipermasalahkan.
Hakikat tersebut sesuai dengan pendapat
Clark (dalam Isjoni, 2007) yang lebih memandang inkuiri sosial sebagai suatu
metode mengajar “Teaching by inquiry
method is teaching in which pupils find answer and draw conclusions for
themselves”. Atas dasar hakikat di atas, maka tujuan penggunaan inkuiri
sosial adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual melalui proses
berpikir. Sedangkan menurut Alma (2008:110) strategi pembelajaran inkuiri
sosial berfungsi mengembangkan kemampuan siswa untuk memikirkan secara
sungguh-sungguh dan terarah dan merefleksikan hakikat sosial kehidupan
khususnya kehidupan siswa sendiri dan arah kehidupan masyarakat dalam upaya
memecahkan masalah sosial.
Banks (1985) menyatakan bahwa pembelajaran
melalui model inkuiri sosial ini
dapat dilakukan sejak siswa berada pada jenjang sekolah dasar, hanya
penekanannya tidak pada langkah-langkah inkuiri melainkan lebih kepada
memperkenalkan fakta, konsep, dan generalisasi. Hal ini dikembangkan melalui
strategi bertanya, siswa dikondisikan untuk bertanya sehingga kemampuan
berpikir kritis sudah mulai dikembangkan sejak pendidikan dasar. Dengan
demikian, melalui pembelajaran inkuiri sosial ini, peserta didik sudah dilatih
sejak dini untuk menjadi seorang ilmuwan.
Adapun karakteristik model inkuiri sosial dalam pembelajaran
yaitu :
1.
Adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap
penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Sehingga dengan adanya
diskusi mendorong aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya
pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan mencari dan menemukan jawaban atau
kesimpulan dari masalah sosial.
2.
Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri.
3.
Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis, artinya
data-data sebagai penguji hipotesis yang telah dirumuskan haruslah berdasarkan
fakta atau kenyataan yang ada disekitar.
C.
Prinsip-prinsip
Penggunaan Model Inkuiri Sosial
Model inkuiri sosial merupakan model yang menekankan kepada
pengembangan anak. Perkembangan mental (intelektual) menurut Piaget (dalam
Sanjaya, 2006: 196) dipengaruhi oleh:
1.
Maturation (kematangan) adalah proses perubahan fisiologis dan
anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan
tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf.
2.
Physical experience (tindakan pisik) adalah
tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada
di lingkungan sekitarnya.
3.
social experience (tindakan sosial) adalah aktivitas dalam berhubungan dengan
orang lain. Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan
intelektual. Pertama, pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan
berbahasa. Dan kedua, melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi
egosentriknya.
4.
equilibration (proses penyesuaian) adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada
dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.
Sehingga
dalam penggunaan model pembelajaran inkuiri sosial terdapat beberapa prinsip
yang harus diperhatikan oleh guru yaitu :
1.
Berorientasi
pada pengembangan intelektual
Tujuan
utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain
berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses pembelajaran.
Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan
sesuatu. Kata ”sesuatu” berarti gagasan yang dapat ditemukan.
2.
Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses
interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai
pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan
agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3.
Prinsip bertanya
Peran guru yang harus
dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai
penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya
sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru
untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Peranan bertanya
dalam kegiatan pembelajaran (Gulo, 2008:102) ialah:
a. Melengkapi kemampuan berceramah
b.
Mengubah
kemampuan berceramah
c.
Meningkatkan
kadar Cara Belajar Siswa Aktif
d.
Sikap
inkuiri bertitik tolak pada bertanya
e.
Mengubah
persepsi yang keliru terhadap bertanya
Sedangkan
kegiatan bertanya berfungsi untuk:
a.
Mengembangkan
minat dan keingintahuan
b.
Memusatkan
perhatian pada pokok masalah
c.
Mendiagnosis
kesulitan belajar
d.
Meningkatkan
kadar Cara Belajar Siswa Aktif
e.
Kemampuan
memahami informasi
f.
Kemampuan
mengemukakan pendapat
g.
Mengukur
hasil belajar
Bertanya
sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan dapat dibagi menjadi dua kelompok
(Gulo, 2008:103) yaitu (1) Bertanya dasar, bertanya untuk mengembangkan kemampuan berpikir
dasar. Dimana dengan prinsip jelas-singkat, acuan, pemusatan, giliran
(horizontal), penyebaran, waktu berpikir dan tuntunan (2) Bertanya lanjutan, bertanya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif-inovatif.
Sedangkan
menurut Banks (1990:123) ada beberapa jenis pertanyaan tingkat
tinggi yaitu :
a.
Pertanyaan pengetahuan
b.
Pertanyaan menyeluruh
c.
Pertanyaan penerapan
d.
Pertanyaan analisis
e.
Pertanyaan sintesis
f.
Pertanyaan evaluasi dan
g.
Pertanyaan kreatif dan
divergen
4.
Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat
sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa
anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi ”kering
dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung
oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat
mempengaruhi emosi. Menurut Gulo (2008:87) untuk mengenal berbagai cara
berpikir siswa, terutama dalam mereka berinkuiri, perlu kita kenal beberapa
cara berpikir pada umumnya yaitu :
a.
Berpikir urutan
b.
Berpikir bertentangan
c.
Berpikir asosiasi
d.
Berpikir kausalitas
e.
Berpikir konsentris
f.
Berpikir konvergen
g.
Berpikir divergen
h.
Berpikir silogisme
5.
Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses
mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi oleh sebab
itu, anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran
yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukan.
Inkuiri sosial merupakan pembelajaran
yang banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan walaupun dilain sisi
ada beberapa kelemahannya (Sanjaya, 2006), keunggulannya yaitu :
1.
Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
model ini dianggap lebih bermakna.
2.
Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
3.
Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman.
4.
Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata
artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.
Disamping memiliki
keunggulan, pembelajaran inkuiri sosial
juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
1.
Sulitnya mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa pada saat menggunakan
model pembelajaran ini.
2.
Sulitnya dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
3.
Memerlukan waktu yang panjang dalam penerapannya sehingga guru sering
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
Menurut
Wina Sanjaya (2007) tahapan proses pembelajaran
inkuiri sosial dapat dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Tahap Orientasi
Langkah
yang pertama ini dimaksudkan untuk membina suasana/iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran inkuiri sosial sangat tergantung pada kamauan siswa
untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah; tanpa kemauan
dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah
inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah
sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan
belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.
Tahap Merumuskan Masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam
rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Poses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri
adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan
ditemukan. Ini penting dalam pembeIajaran inkuiri. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
a.
Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh
siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan
dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya
tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik
yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan
topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
b.
Masalah
yang dikaji adalah masalah
yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong
agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah
ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
c.
Konsep-konsep dalam masalah
adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya,
sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin
terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang
ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan
inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung
dalam rumusan masalah.
3.
Tahap Merumuskan Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi
individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.
Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau
mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong
untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan
kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah (dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dan suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan
sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan
berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional
dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian,
setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan
hipotesis yang rasional dan logis.
4.
Tahap Eksplorasi/Mengumpulkan
Data
Mengumpulkan
data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini
adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri
adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak
apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakbergairahan dalam
belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya
secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui
penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara menata kepada seluruh siswa
sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
5.
Tahap Menguji Hipotesis
Proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
bipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6.
Tahap Generalisasi/Merumuskan
Kesimpulan
Proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Sering
terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu,
untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
3 komentar:
masukan daftar pustakanya dong
Daftar pustakanya??
Kenapa ya blogger selalu tidak nulis daftar pustakanya.
Posting Komentar